Sunday, December 16, 2012

Tsunami



Istilah Tsunami berasal dari kosa kata Jepang Tsu yang berarti gelombang dan Nami yang berarti  pelabuhan atau bandar. Negara Jepang secara geografis terletak pada daerah rawan gempa, sama dengan Indonesia.  Dari sejarahnya  di Jepang  pada saat itu masyarakatnya telah mengamati dan mencatat peristiwa alam yang ada di sekitarnya,  masyarakat di sana banyak tinggal di sekitar teluk yang menjadi pelabuhan sekaligus pusat ekonomi,  sedangkan kita tahu bahwa pada daerah seperti teluk (konvergen) sifat gelombang laut akan menjadi kuat sebab gelombang laut saling terpantul dan terinterferensi (tergabung) menjadi gelombang yang besar sehingga kekuatan gelombang akan terfokus pada teluk tersebut, akibatnya tentu daerah tersebut akan terkena limpasan gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan pantai yang rata.


Pengamatan Tsunami
Tsunami mempunyai banyak aspek sebagaimana diteliti oleh para peneliti dari berbagai disiplin ilmu. Pembangkitnya berkaitan dengan proses geologi dan studinya dilakukan oleh para ahli geologi dan ahli geofisika, penyebaran dan pengamatannya oleh ahli oseanografi.

Karakteristik di pantai seperti pelimpasan ke pesisir atau resonansi ke dalam teluk terutama dilakukan oleh para teknisi kelautan. Perencanaan penggunaan lahan dan kota di sekitar pantai selalu mempertimbangkan resiko tsunami dan pihak pemerintah bertanggung jawab terhadap peringatan dari ancaman tsunami dan pelaksanaan evakuasi. Studi tentang tsunami telah berkembang di bermacam bidang yang berbeda dan dengan berbagai interaksi diantara disiplin-disiplin tersebut.

Gelombang tsunami berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersifat kontinu, gelombang tsunami ditimbulkan oleh gaya impulsif yang bersifat insidentil, tidak kontinu. Periode gelombang tsunami antara 10 – 60 menit, panjang gelombangnya mencapai 100 km.

Kecepatan penjalaran tsunami sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya bisa sampai 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya.


Ditengah lautan tinggi gelombang tsunami paling besar sekitar 5 meter, maka saat  mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa sampai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan dapat mencapai sejauh 500 meter dari garis pantai.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak rumah / bangunan, prasarana, tumbuh-tumbuhan dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, kontaminasi air asin lahan pertanian, tanah dan air bersih.

Bencana yang diakibatkan oleh tsunami tergantung antara lain pada magnitude gempa, morfologi laut, lingkungan pantai, bentuk pantai, infrastruktur di pantai dan jumlah penduduk.

Bencana Tsunami terbukti menelan banyak korban manusia maupun harta benda, sebagai contoh pada tsunami di Flores tahun 1992 meninggal lebih dari 2000 orang, kemudian pada tsunami di Banyuwangi menelan korban 800 orang lebih, belum termasuk harta benda yang telah hancur. Meletusnya gunung Krakatau tahun 1883 menimbulkan tsunami yang menelan korban 36.000 jiwa, ini merupakan jumlah korban terbesar yang tercatat dalam sejarah tsunami. Di Jepang  angka statistik bencana karena tsunami cukup besar. Pada periode 1947-1970  bencana alam tsunami menduduki urutan tertinggi setelah angin ribut, gempabumi , banjir dan hujan lebat.

Untuk  Indonesia pencatatan tentang tsunami telah dilakukan  sejak zaman penjajahan Belanda meskipun hanya sebatas laporan masyarakat. Riset tsunami di Indonesia dimulai setelah peristiwa bencana tsunami di Flores pada tahun 1992, sejak itu kegiatan riset dan penelitian mulai berkembang, dengan dipelopori oleh BMG  kemudian lembaga riset dan perguruan tinggi seperti BPPT, LIPI, ITB, dan lain-lain. Dalam perkembangannya sekarang telah banyak peneliti tsunami muncul di Indonesia, namun infrastruktur untuk keperluan pemantau tsunami masih belum memadai.

Penyebab tsunami yaitu gempabumi tektonik, erupsi gunung berapi, longsoran, dan kemungkinan meteor jatuh. Dari keempat jenis tersebut, gempa bumi tektonik bawah laut yang merupakan penyebab paling sering menimbulkan tsunami.
 
Beberapa jenis sesar yang terjadi pada sumber gempabumi yang dapat menimbulkan tsunami. Dengan adanya perubahan (dislokasi) pada lantai samudera secara mendadak,  dapat mempengaruhi kolom air di atasnya yang selanjutnya dapat menimbulkan gelombang tsunami. Meskipun demikian tsunami akan timbul, bila beberapa persyaratan lingkungan mendukungnya.

Dari hasil penelitian diperoleh persyaratan terjadinya tsunami adalah :
a. Gempa bumi dengan hiposenter dilaut.
b. Gempa bumi dengan magnitude lebih besar sari 6,8 skala Richer.
c. Gempa bumi dengan pola mekanisme focus dominan adalah sesar naik atau sesar turun.
d. Morfologi pantai / bentuk pantai biasanya pantai terbuka dan landai serta berbetuk teluk.



No comments:

Post a Comment