Monday, June 6, 2016

MANIFESTASI PANAS BUMI

Pada dasarnya Manifestasi merupakan suatu indikasi panas yang muncul kepermukaan dan merupakan bagian dari pada sistem panas bumi itu sendiri. Keberadaan manifestasi panas bumi ini menjadi acuan awal dalam menentukan keberadaan sumber panas bumi yang biasanya di dapat di sekitar volcano. Manisfestasi yang mencul kepermukaan biasanya dapat berupa mata air panas, lumpur panas (Mud Pools), Geyserdan manifestasi panas bumi lainnya. Diantara manifestasi tersebut banyak yang digunakan oleh masyrakat untuk keperluan sehari, diantara sumber air panas yang di gunakan oleh masyarakat adalah untuk mandi, dan keperluan lainnya. Adanya manifestasi di atas permukaan merupakan akibat adanya rekahan/celah yang menyebabkan sumber panas bumi dari reservoir dapat naik keatas permukaan.

Adapun manifestasi yang ada di permukaan ialah sebagai berikut :
1. Permukaan Tanah Hangat (Warm Ground)
Keberadaan manifestasi panas bumi di bwah permukaan juga di tunjukkan dengan permukaan tanah yang hangat atau suhu permukaan tanah di tempat tersebut lebih tinggi dari suhu permukaan tanah yang ada di sekitarnya (Gambar dibawah). Hal ini disebabkan oleh adanya transfer panas secara konduksi dari bawah permukaan ke atas permukaan dengan menggunakan perantaraan batuan yang ada disekitar seumber panas.
Gambar.  Tanah Hangat (Warm Ground)

Arsmtread (1982), mengklarifikasikan area bumi berdasarkan gradien temperatur sebagai berikut:
  • Area tidak panas (non-thermal area)
Suatu area diklasifikasikan sebagai area tidak panas apabila gradient temperatur di area tersebut sekitar 10-40 derajat celcius/km.
  • Area Panas (thermal area)
Area Panas dibedakan menjadi dua, yaitu :
  1. Area semi thermal, yaitu area yang mempunyai gradien temperatur sekitar 70-80 derahat celsius/km.
  2. Area Hyperthermal, yaitu area yang mempunyai gradien temperatur sangat tinggi. Sehingga besarnya gradien temperatur tidak dinyatakan lagi dalam derajat celsius/km tetapi dalam derajat celsius/cm.
 Keberadaan tanah hanga/warm ground dapat diketahui dengan mengukur gradien temperatur hingga kedalaman 1-2 meter. Temperatur di permukaan dan pada kedalaman 1 meter umumnya diukur dengan menggunaka thermometer atau thermocouple. Dari data pengukuran tersebut dapat dihitung dan di lakukan foward modelling untuk gradien temperatur pada satu titik pengamatan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai temperatur di suatu daerah secara menyeluruh, maka di perlukan pengeukuran mengenai gradien temperatur secara menyeluruh di beberapa lokasi yang ada di dalam kawan area pengukuran. Sehingga dari data yang ada dapat dibuat peta distribusi temperatur pada permukaan.


2. Permukaan Tanah Beruap (Steaming Ground)
Steaming ground merupakan potensi panas bumi yang berupa uap panas yang keluar dari permukaan tanah. Uap panas tersebut diperkirakan berasal dari suatu lapisan tipis yang dekat dengan permukaan dan mengandung sumber air panas dengan temperatur yang sama atau lebih besar dari sumber titik didihnya (boiling point).
Besarnya temperatur di permukaan sangat tergantung dari laju aliran uap (steam flux).  Pada umumnya  besarnya intensitas panas pada daerah steaming ground di tentukan dari besarnya gradien temperatur pada daerah tersebut. Perkiraan temperatur di tentukan dengan membagi area tersebut kedalam dua wilayah, dimana antara wilayah satu dengan wilayah dua memiliki jarak 20 meter. Apabila pengukuran dilakukan dalam semua area wilayah tersebut, maka akan dapat digunakan untuk menetukan panas yang hilang (heat loss). Metode pengukuran yang dapat digunakan untuk pengukuran ini dapat berupa metode airbone infrared. Metode ini merupakan metode yang tercepat, namun biaya yang diperlukan sangat mahal.
Steaming Ground merupakan area atau daerah yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup, karena temperatur pada daerah tersebut sangat tinggi (gradien temperatur pada daerah tersebut umumnya di atas 30 derajat celcius/m). Pada daerah steaming ground umumnya permukaan tanahnya tandus atau hanya di tumbuhi oleh rumput, disebabkan temperatur yang tinggi pada daerah tersebut.

3. Mata Air Panas (Warm Spring)
Mata air panas juga merupakan salah satu manifestasi panas bumi yang muncul kepermukaan yang berupa air dengan temperatur di atas temperatur air pada umumnya. Mata air panas terbentuk dari sumber air hujan yang masuk ke bawah permukaan malaui rekahan pada area recharge sehingga ketika air tesebut bergerak kearah sumber panas bumi (heat source) akan terjadi perubahan suhu pada air tersebut yang mengakibatkan air tersebut mencari celah/rekahan untuk keluar.

Mata air panas yang ada di permukaan seingkali digunakan untuk memperkirakan sumber panas yang ada dibawah permukaan, dengan cara melakukan uji kimia yang ada pada air tersebut.  Adapun beberapa uji senyawa kimia yang dapat dilakukan ialah :
  • Mata air panas yang bersifat asam merupakan manisfestasi manifestasi dari sistem panas bumi yang didominasi uap.
  • Mata air panas yang di dominasi sifat netral merupakan manifestasi dari sistem panas bumi yang didominasi air. Mata air panas yang bersifat netral merupakan manifestasi dari sistem panas bumi yang didominasi oleh air, dan pada umumnya jenuh akan silika.

    Gambar.  Sumber mata air panas (Warm Spring)


4. Kolam Air Panas (Hot Pools)
Kolam air panas juga merupakan petunjuk keberadaan manifestasi sumber panas bumi di bawah permukaan. Kolam air panas terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan melalui rekahan-rekahan. Pada saat berada dipermukaan air mengalami penguapan yang disebabkan oleh perbedaan temperatur lingkungan dengan air panas tersebut. Panas yang hilang ke lingkungan sekitar sebanding dengan luar area kolam air panas, temperatur di sekitar kolam, dan juga kecepatan angin.

Kolam air panas Dapat dibedakan menjadi tiga :
  1. Kolam air panas yang tenang (calm pools)
  2. Kolam air panas yang mendidih (boiling pools)
  3. Kolam air panas yang bergolak (ebulient pools)

Temperatur pada calm pools umumnya berada di bawah temperatur didih (boiling point), dimana laju aliran umumnya kecil sekali. Pada titik didih boiling pools seringkali disertai dengan semburan air panas, oleh karena itu boiling point sering kali diklarifiskasikan sebagai hot spring. Pada ebulient pools adanya letupan-letupan kuat yang muncul secara tidak beraturan disebabkan oleh lepasnya uap pada suatu kedalman dibwah permukaan air. Letupan-letupan air jugak dapat disebabkan oleh adanya non-condesible gas seperti CO2.

Gambar. Kolam air panas yang tenang (calm pools)


Gambar. Kolam air panas mendidih (boiling pools)


Gambar. Kolam air panas yang bergolak (ebulient pools)


5. Fumarole
Fumarole merupakan lubang kecil yang mengluarkan gas panas kering (dry steam) atau uap panas yang mengandung butiran-butiran air  (wet steam).

File:Fumarola, Vulcano, Sicilia, Italia, 2015.gif




Sunday, September 6, 2015

Akuisisi Medan Magnetik Bumi



a.    Gambaran Umum Metode Geomagnetik
                   Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
                   Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
                   Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.
                   Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak bumi atau mungkin juga bagian atas mantel.
                   Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek benda-benda arkeologi.
  
Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.


Gambar  Tiga Elemen medan magnet bumi




Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
         Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2..


         Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
         Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh  batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetite, titanomagnetit dan lain-lain yang berada di  kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar anomali medanmagnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :






b.    Metode Pengukuran Data Geomagnetik
                   Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
                   Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
         Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet bumi.
         Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
         Sarana transportasi
         Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
         PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
                        Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan




Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah menentukan base station dan membuat station - station pengukuran (usahakan membentuk grid - grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station - station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base station.


Pengaksesan Data IGRF
      IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field. Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik (ΔHr0).
      Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.

c.    Pengolahan Data Geomagnetik
       Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi.
            Koreksi Harian
        Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian

            Koreksi IGRF
        Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :

ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
Dimana H0 = IGRF

            Koreksi Topografi
                  Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai



ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop
       Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.

Reduksi ke Bidang Datar
     Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang terdistribusi pada biang datar.
     Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995). 
 
Pengangkatan ke Atas
       Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi target survei magnetik ini.

Koreksi Efek Regional
       Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
       Salah satu metode yang dapat digunakan  untuk memperoleh anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.

d. Interpretasi Data Geomagnetk
        Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
         Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang biasa digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan tiga dimensi.



NOTE: jika akuisisi data magnetik dengan menggunakan satu perangkat instrument, maka pegukuran dapat di lakukan dengan cara looping. untuk nilai base station dapat dilakukan interpolasi data pada Excel

Friday, April 10, 2015

CARA PENANGGULANGAN GEMPA BUMI

Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan panduan dimanapun kita berada.

   Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, kita harus mengupayakan keselamatan diri kita dan keluarga kita. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh kita dari jatuhan benda-benda. Jika tidak memiliki meja, lindungi kepala kita dengan bantal. 

  Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.

  Di luar rumah
Lindungi kepala kita dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

  
  Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam. 
  Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika kita terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.

  Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga kita tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan. 

  Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, kita akan merasa seakan-akan roda mobil gundul. Kita akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

  Di gunung/pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika kita merasakan getaran dan tanda- tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi. 

  Beri pertolongan 
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di sekitar kita.

  Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Kita dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.

   Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi
1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa.
2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan     gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara - cara      penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa     bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat    lainnya.
10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa    bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan  pertolongan pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat       lainnya.
13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa            bumi. 

   Jika terjadi gempa yang besar dan menelan korban maka perlu dilakukan :
>> Segera melaksanakan evakuasi secara intensif
>> Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
>> Lakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah
>> Buka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta pendistribusian logistik yang diperlukan
>> Buka dan pulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota
>> Lakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing
>> Lakukan pengelolahan bantuan baik dari dalam maupun luar negeri dengan sebaik-baiknya
>> Gunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan pula dengan tepat dana sumbangan dari dalam maupun luar negeri.

Monday, November 18, 2013

Menentukan Patahan Sumtra Dengan GPR

Grund Penetrating Radar (GPR) merupakan bagaian dari pada metode gefisika yang menggunakan gelombang elektrmagnetik. Dimana gelombang elektrmagnetik yang dipancarkan dari transmiter dengan frekuensi yang tinggi kemudian akan di terima kembali oleh receiver, sehingga receiver tersebut akan mendapatkan data berupa travel time (waktu  tiba) yang kemudian akan di tampilkan dalam bentuk gelombang bawah permukaan. GPR merupakan perangkat elektrmagnetik yang biasanya digunakan untuk keperluan eksplorasi bagian yang dangkal, sehingga bagian yang dalam sulit untuk di jangkau dengan menggunakan GPR dengan frekuensi yang sangat tinggi. Untuk melakukan  pemetaan kondisi bawah permukaan dengan menggunaka GPR merupakan hal yang mungkin kita lakukan dimana GPR dengan frekuensi yang di bawah 80 MHz dapat menjangkau hingga kedalam 25 meter lebih. sedangkan patahan/sesar yang dapat kita petakan dengan mengginaka GPR adalah patahan pada bagaian yang dekat dengan permukaan.
Patahan sumatra (Sumtra Fault) merupakan patahan yang membelah bagaian pulau sumatra, yang mana spesifik paling unik yang perlu kita tinjau bahwa patahan bertipe patahan kanan, dimana setiap bagian dari patahan bergerak saling menjauh, dan ini merupakan salah satu sesar yang paling aktif didunia. Di Aceh sendiri patahan sumatra memiliki karakters yang sangat menakjubkan diamana terjadi percabangan di Tangse sehingga membagi menjadi dua segmen yang paralel dari tangse, segmen itu diantaranya adalah Segmen Seulimum dengan Segmeum Aceh. segmen Seulimum yang berada diantara Gunungapi Seulawah Agam yang strike sampai ke daerah krueng raya. dan ini sedikit banyak nya mempengaruhi keadaan gunungapi Seulawah Agam, sedangkan untuk Segmen Aceh yang berada diantara bukit barisan dimana bagian berakhir di sekitaran laut Lhok nga.

Sunday, May 5, 2013

PETA GEOLOGI




Peta geologi merupakan sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan satuan batuan serta mengrangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan sebagaian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsur yang mempunyai gambaran geologi, dinyatakan  sebagai garis yang mempunyai kedudukan pasti.
Pada dasarnya peta gologi merupakan rangkaian dari hasil beberapa kajian lapangan. Hal ini pula mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi lapangan. Peta geologi umumnya dibuat diatas sustu peta dasar (peta topografi/rupabumi) dengan cara mengplot singkapan-singkapan beserta unsur yang struktur geologinya diatas peta dasar tersebut. Pengukuran kedudukan batuan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi. Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditaraik batas dan sebaran satuan batuan serta unsur-unsur strukturnya sehingga menghasilkan peta geologi yang lengkap.
Peta geologi dibuat berlandaskan  dasar dan tujuan ilmiah dimana memanfaatkan lahan, air dan sumber daya ditentukan atas dasar peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan tanah di permukaan atau dekat dengan permukaan bumi, yang merupakan penyajian ilmiah yang paling baik yang mengahasilkan informasi yang di butuhkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi dan mencegah sumber daya bernilai dari bencana alam dan menetapkan kebijakan dalam pemanfaatna lahan.

GEOLOGI SEJARAH

Geologi sejarah pada hakekatnya merupakan suatau ilmu yang mempelajari sejarah perkembangan bumi melalui kajian terhadap pembentukan batuan-batuan yang ada di bumi dalam kontek ruang dan waktu. Dengan demikian, maka geologi sejarah adalah menguraikan kapan suatui bahan batuan terbentuk(umur batuan), dimana batuan tersebut terbentuk(lingkugan pengedapan), dan proses-proses geologi apa saja yang telah terjadi pada batuan tersebut (gaya-gaya endogen dan eksogen) serta bagaimana kondisi batuan saat ini(proses-proses dan jentera geomorfik). Dengan kata lain, mempelajari geologi sejarah tidak lain adalah menguraikan tentang proses dan perkembangan cekungan, proses dan perkembangan tektonik, dan proses perkembangan bentang alamnya.
Sejarah geologi dibahas menurut urut-urutan waktu dari yang tertua ke yang paling muda disusun secara neratif dan pembahasan dari setiap jam yang meliputi; 1) proses sendimentasi yang bagaimana, dimana, dan membentuk apa; 2)proses tektonik apa yang mengikutinya, kapan, dan apa akibatnya; 3) proses geologi muda apa, bagaimana yang selanjutnya, kapan dan apa bentuknya.


1. Proses dan Perkembangan Cekungan (Sejarah Sendimentasi)
Proses dan perkembangan cekungan adalah suatau uraian tentang sejarah sendimentasi dari batuan-batuan yang diendapkan dalam satu cengkungan. Sejarah sendimentasi suatu cekungan dapat berupa perulangan dari proses transgensi  dan regirasi dari endapan batuanny dalam rentang waktu geologi tertentu.

2. Proses dan Perkembngan Tektonik(Sejarah Tektonik)
Proses dan perkembangan tektonik adalah uraian tentang sejarah kejadian tektonik dalam suatu cekungan yang menyangkut orgenesea (Pembentukan Pengunungan: perlipatan, pensesaran, dan atau aktivitas magnetis), yang melibatkan batuan-batuan yang ada dalam suatu cekungan dalam rentang waktu geologi.

3. Proses dan Perkembangan Bentang ALam(Paleogeografi)
Proses perkembngan bentangalam adalah uraian tentang sejarah perkembangan bentuk bentangalam dalam suatu cekungan, terdiri dari proses-proses geomorfologi(pelapukan, Erosi, sendimentasi), stadia erosi dan jentera(stadia) geomorfologi. Proses dan perkembangan bentangalam harus menjelaskan tentang proses-proses geomorfologi apa saja yanga terjadi dan jentera/stadia bentangalam. 

Berdasarkan ketiga proses tersebut diatas, maka sejarah geologi dari suatu wilayah harus mencakup penjelasan tentang: kapan (urut-urutan umur pembentukan batuan dalam suatu cekungan), apa (jenis litologi/batuan), dan dimana(pada lingkungan apa batuan tersebut diendapkan). Adapun proses dan perkembangan tektonik harus menjelaskan kapan(waktu terjadinya tektonik/orgenesa:perlipatan. patahan, aktivitas magnetis), apa(batuan apa saja yang mengalami perlipatan, pensesaran, ataupun penerobosan oleh intrusi). Disamping itu analisa mengenai arah gaya dan mekanisme struktur geologi merupakan unsur yang terpenting dari uraian pembentukan dan sejarah tektonik dari suatu wilayah. 

Friday, May 3, 2013

KARAKTERISTIK BATAUAN



Sebagian besar yang menjadi penyusun utama bumi adalah batuan yang terdiri dari berbagai jenis, kebanyakan dari pada batuan merupakan campuran dari pada mineral yang bergabuang secara fisik dan kimiawi. Beberapa batuan terutama tersusun dari jenis mineral saja, dan sebagaian kecil lagi dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik dan bahan vulkanik, batuan dapat digolongkan berdasarkan warna, kekerasan, kandungan kimia dan sebagainya. Salah satu pergolongan batuan dimanfaatkan oleh para pakapentr ilmu pengetahuan tentang bumi adalah didasarkan atas penyebab kejadian batuan (proses terbentuk). Berdasarkan cara batuan dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu : Batuan Beku, Batuan Sendimen, dan Batuan Metamorf.

a. Batuan Beku
   Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan materi yang kental yang berasal dari bagian dalam bumi (magma). Magma yang bergerak dari dalam bumi menuju ke permukaaan semakin lama akan membeku, kaibat dari pada proses perubahan suhu yaag terjadi secara pertahap. Proses pergerakan magam membutuhakan waktu yang sangat lama sehingga mencapai permukaan bumi yang sudah membeku, sehingga dikenal dengan nama batuan beku. Contoh : Granit
b. Batuan Sendimen
    Batuan Sendimen adalah batuan yang terjadi akaibat pengedapan material yang tererosi, batuan ini berasal dari batuan yang telah ada dan mengalami sedimentasi, baik batuan beku, metamorf ataupun bataun sendimen lainya yang mengalami pelapukan yang tererosi terbawa kemudian diendapkan ketempat lain.
c. Batuan Metamorf
    Batuan Metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya telah ada, baik berupa batuan beku maupun batuan sendimen.