Monday, November 18, 2013

Menentukan Patahan Sumtra Dengan GPR

Grund Penetrating Radar (GPR) merupakan bagaian dari pada metode gefisika yang menggunakan gelombang elektrmagnetik. Dimana gelombang elektrmagnetik yang dipancarkan dari transmiter dengan frekuensi yang tinggi kemudian akan di terima kembali oleh receiver, sehingga receiver tersebut akan mendapatkan data berupa travel time (waktu  tiba) yang kemudian akan di tampilkan dalam bentuk gelombang bawah permukaan. GPR merupakan perangkat elektrmagnetik yang biasanya digunakan untuk keperluan eksplorasi bagian yang dangkal, sehingga bagian yang dalam sulit untuk di jangkau dengan menggunakan GPR dengan frekuensi yang sangat tinggi. Untuk melakukan  pemetaan kondisi bawah permukaan dengan menggunaka GPR merupakan hal yang mungkin kita lakukan dimana GPR dengan frekuensi yang di bawah 80 MHz dapat menjangkau hingga kedalam 25 meter lebih. sedangkan patahan/sesar yang dapat kita petakan dengan mengginaka GPR adalah patahan pada bagaian yang dekat dengan permukaan.
Patahan sumatra (Sumtra Fault) merupakan patahan yang membelah bagaian pulau sumatra, yang mana spesifik paling unik yang perlu kita tinjau bahwa patahan bertipe patahan kanan, dimana setiap bagian dari patahan bergerak saling menjauh, dan ini merupakan salah satu sesar yang paling aktif didunia. Di Aceh sendiri patahan sumatra memiliki karakters yang sangat menakjubkan diamana terjadi percabangan di Tangse sehingga membagi menjadi dua segmen yang paralel dari tangse, segmen itu diantaranya adalah Segmen Seulimum dengan Segmeum Aceh. segmen Seulimum yang berada diantara Gunungapi Seulawah Agam yang strike sampai ke daerah krueng raya. dan ini sedikit banyak nya mempengaruhi keadaan gunungapi Seulawah Agam, sedangkan untuk Segmen Aceh yang berada diantara bukit barisan dimana bagian berakhir di sekitaran laut Lhok nga.

Sunday, May 5, 2013

PETA GEOLOGI




Peta geologi merupakan sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan satuan batuan serta mengrangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan sebagaian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsur yang mempunyai gambaran geologi, dinyatakan  sebagai garis yang mempunyai kedudukan pasti.
Pada dasarnya peta gologi merupakan rangkaian dari hasil beberapa kajian lapangan. Hal ini pula mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi lapangan. Peta geologi umumnya dibuat diatas sustu peta dasar (peta topografi/rupabumi) dengan cara mengplot singkapan-singkapan beserta unsur yang struktur geologinya diatas peta dasar tersebut. Pengukuran kedudukan batuan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi. Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditaraik batas dan sebaran satuan batuan serta unsur-unsur strukturnya sehingga menghasilkan peta geologi yang lengkap.
Peta geologi dibuat berlandaskan  dasar dan tujuan ilmiah dimana memanfaatkan lahan, air dan sumber daya ditentukan atas dasar peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan tanah di permukaan atau dekat dengan permukaan bumi, yang merupakan penyajian ilmiah yang paling baik yang mengahasilkan informasi yang di butuhkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi dan mencegah sumber daya bernilai dari bencana alam dan menetapkan kebijakan dalam pemanfaatna lahan.

GEOLOGI SEJARAH

Geologi sejarah pada hakekatnya merupakan suatau ilmu yang mempelajari sejarah perkembangan bumi melalui kajian terhadap pembentukan batuan-batuan yang ada di bumi dalam kontek ruang dan waktu. Dengan demikian, maka geologi sejarah adalah menguraikan kapan suatui bahan batuan terbentuk(umur batuan), dimana batuan tersebut terbentuk(lingkugan pengedapan), dan proses-proses geologi apa saja yang telah terjadi pada batuan tersebut (gaya-gaya endogen dan eksogen) serta bagaimana kondisi batuan saat ini(proses-proses dan jentera geomorfik). Dengan kata lain, mempelajari geologi sejarah tidak lain adalah menguraikan tentang proses dan perkembangan cekungan, proses dan perkembangan tektonik, dan proses perkembangan bentang alamnya.
Sejarah geologi dibahas menurut urut-urutan waktu dari yang tertua ke yang paling muda disusun secara neratif dan pembahasan dari setiap jam yang meliputi; 1) proses sendimentasi yang bagaimana, dimana, dan membentuk apa; 2)proses tektonik apa yang mengikutinya, kapan, dan apa akibatnya; 3) proses geologi muda apa, bagaimana yang selanjutnya, kapan dan apa bentuknya.


1. Proses dan Perkembangan Cekungan (Sejarah Sendimentasi)
Proses dan perkembangan cekungan adalah suatau uraian tentang sejarah sendimentasi dari batuan-batuan yang diendapkan dalam satu cengkungan. Sejarah sendimentasi suatu cekungan dapat berupa perulangan dari proses transgensi  dan regirasi dari endapan batuanny dalam rentang waktu geologi tertentu.

2. Proses dan Perkembngan Tektonik(Sejarah Tektonik)
Proses dan perkembangan tektonik adalah uraian tentang sejarah kejadian tektonik dalam suatu cekungan yang menyangkut orgenesea (Pembentukan Pengunungan: perlipatan, pensesaran, dan atau aktivitas magnetis), yang melibatkan batuan-batuan yang ada dalam suatu cekungan dalam rentang waktu geologi.

3. Proses dan Perkembangan Bentang ALam(Paleogeografi)
Proses perkembngan bentangalam adalah uraian tentang sejarah perkembangan bentuk bentangalam dalam suatu cekungan, terdiri dari proses-proses geomorfologi(pelapukan, Erosi, sendimentasi), stadia erosi dan jentera(stadia) geomorfologi. Proses dan perkembangan bentangalam harus menjelaskan tentang proses-proses geomorfologi apa saja yanga terjadi dan jentera/stadia bentangalam. 

Berdasarkan ketiga proses tersebut diatas, maka sejarah geologi dari suatu wilayah harus mencakup penjelasan tentang: kapan (urut-urutan umur pembentukan batuan dalam suatu cekungan), apa (jenis litologi/batuan), dan dimana(pada lingkungan apa batuan tersebut diendapkan). Adapun proses dan perkembangan tektonik harus menjelaskan kapan(waktu terjadinya tektonik/orgenesa:perlipatan. patahan, aktivitas magnetis), apa(batuan apa saja yang mengalami perlipatan, pensesaran, ataupun penerobosan oleh intrusi). Disamping itu analisa mengenai arah gaya dan mekanisme struktur geologi merupakan unsur yang terpenting dari uraian pembentukan dan sejarah tektonik dari suatu wilayah. 

Friday, May 3, 2013

KARAKTERISTIK BATAUAN



Sebagian besar yang menjadi penyusun utama bumi adalah batuan yang terdiri dari berbagai jenis, kebanyakan dari pada batuan merupakan campuran dari pada mineral yang bergabuang secara fisik dan kimiawi. Beberapa batuan terutama tersusun dari jenis mineral saja, dan sebagaian kecil lagi dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik dan bahan vulkanik, batuan dapat digolongkan berdasarkan warna, kekerasan, kandungan kimia dan sebagainya. Salah satu pergolongan batuan dimanfaatkan oleh para pakapentr ilmu pengetahuan tentang bumi adalah didasarkan atas penyebab kejadian batuan (proses terbentuk). Berdasarkan cara batuan dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu : Batuan Beku, Batuan Sendimen, dan Batuan Metamorf.

a. Batuan Beku
   Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan materi yang kental yang berasal dari bagian dalam bumi (magma). Magma yang bergerak dari dalam bumi menuju ke permukaaan semakin lama akan membeku, kaibat dari pada proses perubahan suhu yaag terjadi secara pertahap. Proses pergerakan magam membutuhakan waktu yang sangat lama sehingga mencapai permukaan bumi yang sudah membeku, sehingga dikenal dengan nama batuan beku. Contoh : Granit
b. Batuan Sendimen
    Batuan Sendimen adalah batuan yang terjadi akaibat pengedapan material yang tererosi, batuan ini berasal dari batuan yang telah ada dan mengalami sedimentasi, baik batuan beku, metamorf ataupun bataun sendimen lainya yang mengalami pelapukan yang tererosi terbawa kemudian diendapkan ketempat lain.
c. Batuan Metamorf
    Batuan Metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya telah ada, baik berupa batuan beku maupun batuan sendimen.

Wednesday, March 13, 2013

Metode Controlled Source Tensor Magnetulleric (CSTMT)

Penggunaan contrlled source pada metode magnetulleric dimotifasi keingan oleh kurangnya signal elektromagnetik alam pada range frekuensi 1-10 kHz. Signal dari sumber alam pada band ini yang umumnya berasal dari petir, yang merupakan fonomena alam yang tidak dapat diprediksi dan tidak dapat sepenuhnya digunakan (Vozoff, 1991). Noise elektromagnetik pada rentang dapat menjadi sangat tinggi yang didominasi sumber medan -medan natural (Szarka and Menvielle, 1987; Qian and Pedersen, 1992) dan konsekuensinya kualitas data AMT (audio magnetulleri) dapat menurunkan kualitasnya. Untuk mendapatkan  kualitas medan elektromagnetik yang stabil dan terpercaya, Goldstein and Strangway (1975) menggunakan sumber dipole listrik yang di injek/ground kan kedalam bumi. Metode tersebut terkenal dengan istilah metode controlled-source audio magnetulleric (CSAMT).
Teori plane wave dapat diterapkan untuk data CSAMT jika transmiternya ditempatkan cukup jauh dari receiver, sehingga syarat medan jauh atau plane wave dapat terpenuhi. Estiminasi  fungsi-fungsi transfernya sangat sederhana dan jelas. Namun demikian, dengan metode ini sedikit banyak akan ditemukan sedikit kesulitan dalam menentukan kriteria untuk syarat medan jauh (Wannamaker, 1997; Pedersen 2005). PAda metode CSAMT, komponen medan listrik dan medan magnet tegak lurus diukur jauh dari sumber yang dipisahkan sedikit empat kali kedalaman pendugaan dari receiver (goldestien and strangway, 1957). Resistivitas apparent dan fase juga dihitung.
Pada metode pemorsesan data CSAMT (bastani, 2001), fungsi-fungsi transfer unit dapat di tentukan pada setiap frekuensi yang dipilih, karena transmitter tersebut terdiri dari dua buah kumpran dipole horisontal yang saling bertautan. Frekuensi-frekuensi sumber dan polarisasi dipilih dan diubah dari titik penerima, Satu set frekuensi transmiter dapat dipilih dalam model pegukuran CSAMT. Pemeriksaan tersebut bergantung pada jarak receiver dan transmiter dan kedalaman pendugaan. Pada metode CSAMT digunakan pada sistem EnviroMT, setiap frekuensi ditransmisikan secara dikonfigurasi secara jauh dari posisi receiver untuk mengirimkan signal dalam arah dipole yang lain. Rasio S/N semakin meningkat dengan menumpuknya amplitudo komponen medan terukur dalam variasi waktu atau frekuensi.





Thursday, January 10, 2013

Pengertian Garis Kontur

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah.
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
                          Gambar 1.1 pembentukan garis kuntur dengan mendatar permukaan bumi


Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading.

Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi :

                                              Gambar 1.2 Penggambaran kontur

Wednesday, January 9, 2013

Formulasi Masalah Inversi

Dalam masalah inversi, kita selalu berhubungan dengan perameter model (M) dan data (N); yang mana jumlah dari masing-masing akan menentukan  klarisifikasi masalah inversi dan cara penyelesaiannya. Bila jumlah parameter model lebih sedikit dibandingkan dengan data observasi (M<N), maka permasalahan inversi ini disebut dengan overdetermain. Pada umumnya masalah ini diselesaikan dengan menggunakan pencocokan (best fit) terhadap data observasi. Dalam kondisis yang lain dimana jumlah parameter yang ingin dicari (M) lebih banyak dari pada jumlah data (N), maka masalah inversi ini disebut dengan underdetermined. Dalam kasus ini terdapat sekian banyak model yang dapat sesuai dengan kondisi datanya. Inilah  yang disebut dengan masalah non-uniqness. Bagaimana cara untuk mendapatkan model yang paling mendekati kondisi bawah permukaan yang kita tinjau? Menurut meju, 1994 persoalaan ini dapat diselesaikan dengan menggunkan model yang parameternya berbentuk fungsi kontinu terhadap posisi. Kasusu ini terakhir adalah ketika jumlah data sama atau hampir sama dengan jumlah parameter model. Dan hal ini disebut dengan everdetermoned. pada kasusu ini model yang paling sederhana dapat di tinjau dengan mengggunkan metode inveris langsung.
Saya mencoba menunjukkan bagaimana teknik inversi yang dapat di applikasikan pada model garis, model parabola, dan model bidang. Uraian applikasi tersebut dimulai dengan ketersedian data observasi, jumlah parameter model(unknown parameters) mesti dicari dengan menggunakan teknik inversi.


Eskplorasi Geofisika dan Inversi

Tujuan dari pada kegiatan adalah untuk membuat model bawah permukaan  bumi dengan mengandalkan data lapangan, bisa berupa data pada permukaan bumi dan juga bisa berarti data hasil pengukuran bagaian bawah permukaan bumi dari ketinggian tertentu. untuk mencapai tujuan ini, kegiatan survey atau pengukuran harus dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan dan terintegrasi menggunakan sejumlah ragam metode geofisika.
Seringkali kendala muncul dan tidak bisa dihindari, seperti kehadiran noise pada data yang diukur. Ada juga kendala ketidaklengkapan data atau malah kurang alias tidak cukup. Namun demikian, dengan menggunakan analisa data yang paling mungkin, kita berupaya memperoleh informasi yang relativf valid berdasarkan data yang kita miliki.
Dalam melakukan analisi, sejumlah informasi mengenai kegiatan akuisisi data di perlukan,anatar lain : berapakah nilai samplingrateI yang optimal? Berapa jumlah data yang diperlukan? berapa tingkat akurasi yang di butuhkan?. Ketika kita menghubungkan data matematis dengan data lapangan dan distribusi parameter fisi yang hendak dicari.
Setelah proses anlisis dilalui, langkah berikutnya adalah membuat model bawah permukaan yang nantinya akan dijadikan acuan dalam melakukan interpretasi. Akhir dari pada rangkain proses ini adalah penentuan lokasi pemboran untuk untuk mengankat sumber daya alam untuk pertambangan. Kesalaha penentuan lokasi berdampak langsung pada kerugian materil yang besar dan waktu yang bterbuang percuma.

Macam-Macam Data Geofisika
Data geofisika dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran dilapangan atau bisa juga dari pengukuran yang dilakukan dilaboratorium. Pada pengukuran yang dilakukan dilapangan, data geofisika yang terukur bisa berupa densitas, kecepatan gelombang seismik, modulus bulk, hambatan jenis batuan, permeabilitas batuan, subsepbilitas magnet batua, dll.
Pada pengukuran yang dilakaukan dilaboratorium, model lapisan bumi atau pun keberadaan anomali dalam skala kecil dapat dibat dan diukur responnya sebagai data geofisika. Harapakan hasil uji laboratorium tersebut bisa mewakili kondisi lapangan yang sesungguhnya yang dimensinya jauh lebih besar.
Jika suatu pengukuran di lakukan secara perulangan berkali-kali, baik yang dilakuakan dilapangan maupun dilaboratorium  seringkali berubah-ubah, walaupun dengan variasi yang bisa ditolerir. Variasi ini umumnya disebabkan oleh kesalahan instrumen pengukuran (instrumental error)  atau dapat juga disebsbkan oleh kesalah manusia (human error). seluruh variasi yang didapatkan apabila di plot kedalam histogram akan membentuk distribusi probabilitas.

Tuesday, January 8, 2013

Remote Sensing

Satelit pengamat bumi melakukan pengukuran dengan menggunkan sensor elektromagnetik radiasi yang dipancarakan dari sensor atau hanya menangkap yang dipantulkan dari subsurface bumi. Radiasi yang akan  diukur sangat tergantung dengan bentuk permukaan bumi, karena pengaruh karakteristik lokal yang sangat segnifikan. Hubungan yang dihasilkan antara nilai pengukuran dan tutupan lahan yang memungkinkan untuk mengekstrak informasi dari data citra medan.

Sensor yang aktif akan menirimkan pulsa radiasi pada rentang microwave dan elektromagnetik spektrum ke bumi dan mengukur jumlah gelombang yang akan dikembalikan dalam berturut-turut dengan waktu interval, sesuai dengan prinsip-prinsip radar. Sensor pasif mengukur radiasi pans inframerah yang di pancarkan oleh permukaan bumi, atau terlihat dan dekat-inframerah radiasi yang berasal dari matahari dan dipantulkan oleh permukaan bumi (Gambar 1.1).